Rabu, 14 Maret 2018

Kemenperin Tetapkan Industri Kerajinan Jadi Sektor Prioritas



Foto: Antara

Kemenperin Tetapkan Industri Kerajinan jadi Sektor Prioritas Kementerian Perindustrian menetapkan industri furnitur dan kerajinan jadi salah satu sektor prioritas karena berorientasi ekspor dan menyerap banyak tenaga kerja. 

INILAH angin segar bagi pelaku industri furnitur dan kerajinan!

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menetapkan industri furnitur dan kerajinan sebagai salah satu sektor prioritas. Alasannya, furnitur dan kerajinan mampu menghasilkan nilai tambah yang tinggi, berdaya saing global, berorientasi ekspor, dan menyerap banyak tenaga kerja.

Sekretaris Jenderal Kemenperin, Haris Munandar mengungkapkan ketersediaan sumber bahan bakunya pun cukup, berupa kayu, rotan, dan bambu.

"Industri kecil dan menengah (IKM) yang memproduksi furnitur dan kerajinan berpotensi untuk dikembangkan menjadi market leader dalam ekspor," ujar Haris seperti dilansir dari CNN Indonesia, Senin (12/3/2018). 



Kemenperin mencatat 140 ribu unit usaha yang bergerak di sektor industri furnitur menyerap tenaga kerja sebanyak 436 ribu orang dan nilai investasinya mencapai Rp 5,8 triliun pada 2015. Bahkan, membawa Indonesia menjadi negara eksportir ke-5 di dunia di sektor furnitur.

"Sedangkan, untuk industri kerajinan, Indonesia memiliki 1,32 juta orang tenaga kerja yang diserap oleh sekitar 696 ribu unit usaha," imbuh Haris.

Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS), per November 2017, nilai ekspor produk furnitur nasional mencapai US$1,25 miliar. Sementara, nilai ekspor produk kerajinan sepanjang tahun lalu tembus US$776 juta atau tumbuh 3,8 persen dari tahun sebelumnya, yakni US$747 juta.

"Semua potensi tersebut harus didukung dengan program promosi dan upaya penetrasi pasar domestik, serta global, secara terintegrasi dan berlanjut, baik secara online (daring) maupun offline," terang dia.

Salah satu upaya promosi melalui online, sambung Haris, melalui program e-smart IKM yang bersinergi dengan beberapa market place dalam negeri. Sampai 2017 lalu, pelaksanaan program e-smart IKM melalui kegiatan pelatihan diikuti oleh 1.730 pelaku usaha.

Namun demikian, dia mengingatkan, pemasaran secara offline juga tidak dapat dipandang sebelah mata, karena kelebihan yang tidak dapat digantikan, yakni pembeli dapat melihat langsung jenis dan kualitas produk.

"Selain itu, pembeli juga dapat bertemu langsung dengan pelaku IKM, sehingga proses negosiasi lebih mudah untuk dilakukan," paparnya.

Kinerja Kinclong IKM

Direktur Jenderal IKM Kemenperin, Gati Wibawaningsih menuturkan, beberapa IKM menunjukkan kinerja kinclong. Contohnya, nilai ekspor komoditas perhiasan pada tahun lalu mencapai US$2,6 miliar.

"Nilai ekspor IKM batik juga menunjukkan angka yang positif sebesar US$58 juta pada 2017," ungkapnya.

Saat ini, industri batik didominasi oleh sektor IKM yang tersebar di 101 sentra di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Yogyakarta dengan tujuan utama pasar ekspor ke Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa.

Selanjutnya, Kemenperin mencatat kontribusi industri alas kaki dalam negeri meningkat menjadi Rp26,5 triliun dengan sumbangsih terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) 2,4 persen.

Ekspor industri alas kaki tembus US$4,9 miliar di 2017. Kemudian, dengan produksinya yang mencapai 1,1 miliar pasang, menempatkan Indonesia sebagai produsen alas kaki terbesar nomor empat di dunia, setelah China, India, dan Vietnam. (sb-18)

Sumber: Cnnindonesia.com




Share This
Previous Post
Next Post

Professional trader and journalist. He's a simple man.

0 komentar: