Rabu, 18 April 2018

Ini Lho, Perempuan Muda dan Cantik di Balik Sukses Canva!


Foto: Ticbeat 

Melanie Perkins

TAU Canva.com? Berkat Canva, pekerjaan membuat desain grafis menjadi mudah. Bahkan bisa dilakukan oleh orang-orang yang belum pernah belajar desain grafis secara khusus. Meski begitu, hasilnya bisa keren banget, tidak kalah dari karya desainer grafis professional!

Yes, Canva adalah program design online yang menyediakan berbagai tools atau alat editing untuk membuat berbagai desain grafis seperti poster, flyer, infografik, banner, card invitation, presentation, facebook cover, dan masih banyak lagi lainnya. Layanan Canva ada yang gratis, ada pula yang berbayar. 

Founder dan Chief Executive Officer (CEO) Canva ternyata seorang perempuan masih muda dan cantik. Dia adalah Melanie Perkins. Penasaran ingin kenalan sama dia? Ayuk kita kenalan sama-sama….  



Pada usia 19 tahun ketika masih belajar untuk meraih gelar sarjana komunikasi, Melanie Perkins mengaku sangat frustrasi dengan waktu yang panjang untuk melakukan tugas desain grafis sederhana, seperti membuat brosur pemasaran.

"Saya pernah merasa frustrasi, menulis instruksi secara manual panjang untuk melakukan hal-hal yang paling sederhana. Rasanya gila bagi saya bahwa dibutuhkan 22 klik untuk mengekspor dokumen berkualitas tinggi," kata Perkins, seperti dilansir dari The Huffington Post Australia, Rabu (18/4/2018).

Saat itu Facebook sedang lepas landas merebut perhatian masyarakat dunia, dan Perkins melihat kemudahan yang membuat semua orang suka online dan menggunakan jaringan sosial tanpa instruksi apa pun.

"Alat-alat desain ini dikembangkan sebelum internet dan saya tahu bahwa di masa depan mereka tidak akan lagi memenuhi kebutuhan tenaga kerja, tetapi platform online yang dapat diakses dengan mudah," kata Perkins.

Dalam waktu 10 tahun kemudian tepatnya pada 2013, Perkins telah berhasil merealisasikan ide briliannya untuk alat online yang mudah digunakan membuat desain grafis, yakni Canva. 

Perusahaan start-up yang berbasis di Sydney, Australia ini berkembang sangat pesat, karena alat online untuk membuat desain grafis itu sangat membantu orang-orang awam di penjuru dunia, terutama bagi mereka  yang selama ini kesulitan membuat desain grafis. Kini, nilai ekonomi perusahaan Canva sudah mencapai 458 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 6,3 triliun dengan nilai kurs rupiah saat artikel ini ditulis, Rabu (18/4/2018), yakni Rp 13.776 per dolar AS. Luar biasa kan?

Banyak orang menyebut Canva berhasil meraih sukses “dalam semalam”. Meskipun sebenarnya, Perkins telah menggodok ide alat desain online ini selama 10 tahun lebih hingga lahirlah Canva. 

Dengan lebih dari 10 juta pengguna di 179 negara, Canva telah membuat orang dengan keahlian apa pun untuk membuat desain grafis yang menarik dan menjadi penunjang utama di semua industri karena kebutuhan desain komunikasi visual terus meningkat.

Kepada HuffPost Australia, Perkins dari kantornya di Sydney, bercerita tentang kesuksesan bisnisnya di bidang industry kreatif, mulai dari nol hingga menjadi perusahaan bernilai triliunan rupiah. 

"Waktu itu kami mengirimkan amplop dan buku-buku contoh ke banyak sekolah, keluarga kami membantu mengemasnya. Saya ingat ketika kami mendapat cek pertama sebesar $100,  itu adalah hal yang paling menarik,  karena itu berarti seseorang benar-benar ingin membayar untuk perangkat lunak yang kami kembangkan," kata Perkins.



Dalam waktu lima tahun kemudian Canva telah menjadi salah satu perusahaan start-up besar di Australia.

"Saya ingat ketika saya melakukan pertemuan pertama dengan Bill Tai (investor pertama Canva) di Perth dan saya sangat gugup. Saya ingat saat itu berpikir 'jika saya sampai ke pertemuan ini, maka saya akan memberi diri saya tanda centang'," kata Perkins.

Ya, pertemuan itulah yang membawa Perkins ke perjalanan pertama ke San Francisco, Amerika Serikat (AS), di mana dia diperkenalkan ke salah satu pendiri Google Maps, yakni Lars Rasmussen, yang nantinya akan berinvestasi dan menjadi instrumen penting dalam kesuksesan Canva.

"Lars adalah orang pertama yang kutemui dan dia telah menciptakan perusahaan yang mengubah dunia. Ini benar-benar mengejutkan buat saya, dia adalah orang yang baik dan benar-benar mengubah perspektif saya tentang apa yang saya yakini," ungkap Perkins.

Ketika disinggung mengenai penilaian banyak orang bahwa Canva berhasil meraih sukses “dalam semalam”, Perkins dengan tegas membantahnya. 

"Saya belum pernah bertemu start-up yang sukses dalam semalam," tukas dia.

Perkins pun mengungkapkan, Canva telah 10 tahun dalam pembuatan dengan banyak cobaan dan kesengsaraan, termasuk dua perjalanan ke Amerika yang salah satunya dalam kondisi kecemasan karena masa berlaku visa Perkins mendekati habis.

"Setelah kami benar-benar bertemu investor dan benar-benar mau berinvestasi, maka Canva kami diluncurkan pada 2013," ungkap Perkins.


Foto: Yourstory

Melanie Perkins

Sejak itu, mereka meluncurkan aplikasi iPhone dan membuat Canva tersedia dalam 11 bahasa di seluruh dunia termasuk Spanyol, Prancis, Jerman, Rusia, serta bahasa Indonesia dan Melayu.

"Sangat penting bahwa seluruh tim telah membeli visi kami dan apa yang kami coba capai sebagai sebuah perusahaan," kata Perkins. ‘’Bahkan ketika itu hanya Cliff (co-founder Canva)
dan saya di ruang tamu ibuku, kami akan mengadakan pertemuan antardepartemen tentang akun, pemasaran dan hibah pada dokumen yang bisa kami akses, dan itu tetap sama, meskipun sekarang kami memiliki lebih dari 120 staf yang ada di dokumen," ungkap Perkins. 

Setelah Anda membaca kisah sukses Perkins bersama Canva-nya, apakah Anda masih percaya ada usaha start-up yang bisa meraih sukses “dalam semalam” atau secara instan? (sb-18)

Referensi: HuffPost Australia





Share This
Previous Post
Next Post

Professional trader and journalist. He's a simple man.

0 komentar: