Minggu, 31 Oktober 2021

Akhir Oktober 2021 IHSG Tembus ke Level 6.591, Diprediksi Tahun Depan Makin Cerah

KInerja IHSG pada akhir Oktober 2021 ditutup naik 67,27 poin atau 1,03% ke level 6.591,346./Foto: Screenshot Berita Satu TV/Investor.id

INDEKS harga saham gabungan (IHSG) yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) terus tertekan selama pandemi Covid-19. Namun kini IHSG sudah mulai rebound (kembali tumbuh), bahkan lebih tinggi dibandingkan masa sebelum pandemi. Pada akhir pekan sekaligus akhir bulan, Jumat 29 Oktober 2021, IHSG ditutup naik 67,27 poin atau 1,03% ke level 6.591,346.

Direktur Pengaturan Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Edi Broto Suwarno mengungkapkan,  tahun depan diprediksi kebutuhan pembiayaan dari korporasi dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) terus meningkat. Hal itu diyakini akan mendorong IHSG ke depan berada dalam tren pertumbuhan cerah hingga tahun depan.

Edi Broto menyebutkan pasar modal akan menjadi salah satu sumber pembiayaan yang terus dicari oleh pelaku usaha. "Di pasar modal sendiri, kami melihat tren penguatan IHSG bisa terus berlanjut," kata dia dalam acara InfobankTalkNews Media Discussion bertema "Outlook Pasar Modal 2022: Momentum Pemulihan Ekonomi dan Imbas Tapering The Fed" di Jakarta, Jumat 29 Oktober 2021.

"Apalagi ramainya lantai bursa dengan masuknya unicorn teknologi yang membuat pasar modal semakin diminati. Contohnya antusiasme masyarakat ketika initial public offering (IPO) Bukalapak pada Agustus lalu," ungkap Edi Broto seperti dilansir Bisnisforliving.com dari Finance.detik.com, Minggu 31 Oktober 2021.

Info berikutnya, lanjut dia, GoTo atau gabungan Gojek dan Tokopedia juga akan melakukan IPO di lantai bursa BEI pada tahun depan. "Antusiasme ini juga berdampak positif pada tahun 2022," imbuh dia.

Edi Broto juga menyebutkan para investor harus memperhatikan tantangan baik global maupun domestik. Apalagi masih ada ketidakpastian dan potensi gelombang ketiga varian Covid-19.

Selain itu masalah rontoknya raksasa properti Evergrande di China yang membuat ekonomi Negeri Tirai Bambu itu melambat dan normalisasi kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) juga harus diwaspadai.

Sebelumnya OJK mencatat jumlah penghimpunan dana melalui penawaran umum di pasar modal domestik tercatat Rp 273,9 triliun per Oktober 2021.

Per Oktober 2021 nonresiden mencatatkan inflow sebesar Rp 6,07 triliun dengan net buy sebesar Rp 9,89 triliun di pasar saham dan net sell sebesar Rp 3,82 triliun di pasar surat berharga negara (SBN).

Kepala Divisi Riset dan Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Verdi Ikhwan mengungkapkan diharapkan akhir tahun ada sekitar 50 perusahaan baru yang melakukan IPO di BEI.

Hingga September 2021, jumlah investor di BEI sudah bertambah 6,4 juta. Angka ini naik 65,74% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Menurut dia, semakin besar pasar modal Indonesia maka berdampak baik ke perekonomian sehingga bisa mendorong pemulihan agar lebih cepat dan efektif.

Ekonom Ryan Kiryanto menilai, sejauh ini kepercayaan investor asing kepada pemerintah Indonesia masih terjaga dengan baik meski belakangan ini tengah hangat isu mengenai tapering off yang akan dilakukan The Fed pada November 2021.

"Kita tidak usah khawatir dengan investor SBN (surat berharga negara) atau SUN (surat utang negara) kita, karena paling tidak trust dari foreign investor atau investor asing terhadap pemerintah Indonesia itu masih dijaga dengan baik. Ini dilihat dari porsi kepemilikan surat utang oleh investor asing," katanya.

Sebagai informasi, per 7 Oktober 2021, porsi kepemilikan asing di SBN mencapai Rp956 triliun atau 21,45% dari total Rp4.457,5 triliun yang diperdagangkan. Terkait tapering off, Ryan Kiryanto optimis Gubernur Bank Indonesia (BI), Ketua Dewan Komisioner OJK, maupun Menteri Keuangan dapat menangani kemungkinan-kemungkinan terburuk yang ditimbulkannya.

"Makanya, baik Gubernur BI, Ketua Dewan Komisioner OJK, Menteri Keuangan kita semuanya optimis, kita bisa meng-handle atau men-tackle kemungkinan-kemungkinan terburuk sekiranya tapering off dan kenaikan suku bunga The Fed itu akan dilakukan. Artinya, rencana-rencana ini sudah price in in the market, sudah di factor in di pasar oleh pemain kita. Sehingga tidak akan terjadi kejutan yang akan extra ordinary seperti yang terjadi di 2013 lalu," jelas Ryan.

Dia juga optimis tahun ini ekonomi nasional akan tumbuh lebih baik. Hal ini sejalan dengan kinerja capital market yang juga tengah menunjukkan hal yang sama.

"Market capital kita naik, jumlah investor naik, karena mereka melihat perkembangan ekonomi kita terkini maupun ke depannya di valuasi akan berada pada jalur yang benar. Dan mudah-mudahan ini terus bergerak ke atas, dan kita meyakini bahwa policy makers kita selalu in the market," kata Ryan.(21)

Sumber: Finance.detik.com

Share This
Previous Post
Next Post

Professional trader and journalist. He's a simple man.

0 komentar: